WILUJENG SUMPING

eastpreanger.blogspot.com

Minggu, 29 Juli 2012

Mundinglaya Dikusumah






Ini legenda, bukan sejarah. Suatu ketika, sebuah kerajaan menyelenggarakan sayembara untuk mencari jimat salakadomas. Tak ada yang tahu apa yang melatari penyelenggaraan sayembara itu. "Yang jelas, siapa saja yang berhasil menemukan jimat tersebut, bakal dinikahkan dengan putri raja. Di antara para peserta, terdapat dua ksatria kenamaan kala itu, Mundinglaya dan Ki Jongkrang Kalapitung," tutur A. Ali Suharna (64), tokoh masyarakat sekaligus mantan Kepala Desa Muka Payung. Kami bertemu di dangau (gubuk) Kp. Cibitung Desa Muka Payung, Kec. Cililin, Kab. Bandung, Kamis (14/6).
Legenda Mulka Payung di Muka Payung

Desa Muka Payung, Kec. Cililin, Kab. Bandung dikelilingi gunung dengan nama tertentu. Desa itu pun sarat dengan benda cagar budaya, berupa batu beraneka bentuk. Di masyarakat, rupanya, gunung-gunung dan batu-batu itu saling bertaut membentuk sebuah cerita rakyat. Kisah tentang salakadomas. Sebuah kekayaan budaya, tentunya.

Ini legenda, bukan sejarah. Suatu ketika, sebuah kerajaan menyelenggarakan sayembara untuk mencari jimat salakadomas. Tak ada yang tahu apa yang melatari penyelenggaraan sayembara itu. "Yang jelas, siapa saja yang berhasil menemukan jimat tersebut, bakal dinikahkan dengan putri raja. Di antara para peserta, terdapat dua ksatria kenamaan kala itu, Mundinglaya dan Ki Jongkrang Kalapitung," tutur A. Ali Suharna (64), tokoh masyarakat sekaligus mantan Kepala Desa Muka Payung. Kami bertemu di dangau (gubuk) Kp. Cibitung Desa Muka Payung, Kec. Cililin, Kab. Bandung, Kamis (14/6).

Singkat cerita, Mundinglayalah yang berhasil menemukan jimat salakadomas itu. Ia bermaksud mempersembahkan jimat tersebut kepada sang putri. Bersama seorang kawan bernama Munding Dongkol, sang ksatria mencari sang putri. "Rupanya, Ki Jongkrang tahu bahwa jimat itu sudah ditemukan Mundinglaya. Maka, ia segera mengatur siasat jahat," ujar Ali.

Ki Jongkrang memasang perangkap berupa batu di aliran sungai Cibitung. Masyarakat Desa Muka Payung mengenalnya sebagai batu langkob. "Salah satu ujung batu panjang itu disangkutkan di tebing. Sementara, ujung lainnya disanggah dengan tiang batu. Kalau Mundinglaya lewat, batu itu dijatuhkan," katanya.

Rupanya, perangkap itu tak berhasil menjerat Mundinglaya. Malah, Munding Dongkol yang tertangkap. Kedua batu langkob itu, hingga kini, masih ada di aliran Sungai Cibitung. "Yang satu masih utuh, sedangkan yang satu lagi sudah runtuh. Batu langkob itu menjepit batu yang mirip badan kerbau (munding -red.). Masyarakat di sini percaya bahwa itulah Munding Dongkol," ujar Ali.

Ki Jongkrang tak kehabisan akal. Ia memasang cermin besar di barat yang memperlihatkan sang putri tengah tetirah di atas bukit, di bawah payung. Padahal, bukit itu sesungguhnya berada di timur. Bukit itu berada di Kampung Mulka Payung. "Diam-diam, Ki Jongkrang membuat cubluk (lubang septic tank) yang dibubulu (ditutupi) dengan dedaunan dan ranting. Mundinglaya yang gembira bakal bertemu putri, akhirnya terperosok dan tak bisa bangkit lagi," ucapnya.

Tempat Ki Jongkrang meletakkan cermin (eunteung,-red.) itu, oleh masyarakat setempat, dikenal sebagai Leuwi Eunteung. Batu yang dipercaya sebagai Mundinglaya pun, hingga kini, masih ngajugrug (utuh berdiri) di sawah milik Ali Suharna. "Batu ini juga dinamakan Munding Jalu," katanya.

Kecurangan Ki Jongkrang disaksikan sang putri dari puncak bukit. Sang putri lari dan bersembunyi di bukit, tak jauh dari tempat semula. Ia meninggalkan payung yang meneduhinya. Payung --yang menjadi batu-- itulah yang dikenal sebagai Mungkal (batu -red.) Payung. "Sementara, bukit tempat putri bersembunyi dinamakan Gunung Putri. Lalu, di lain waktu, seorang nakhoda bernama Demang Karancang bermaksud mempersunting putri itu, tapi tak bisa. Karena itulah, bukit di timur Gunung Putri dinamakan Gunung Karancang. Biasa juga disebut Gunung Nakhoda atau Gunung Kasep Roke," ungkapnya.

Kemudian hari, ketika dimekarkan dari Rancapanggung, desa itu diberi nama Muka Payung. Soalnya, desa tersebut kadung tersohor dengan situs mungkal payung yang berada di Kp. Mulka Payung. "Ada sebuah harapan. Desa ini bisa menjadi seperti payung terkembang," ujar Ali Suharna menandaskan. (Hazmirullah/"PR")***

Jumat, 02 Desember 2011

Daftar Bupati Tasikmalaya ( Dulu Sukapura )

Daftar berikut merupakan para Bupati Sukapura dari dinasti Wiradadaha dan keturunannya.
  1. Raden Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha I dipanggil Dalem Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1641-1674).
  2. Raden Djajamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha II dipanggil Dalem Tamela, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1674).
  3. Raden Anggadipa I, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha III dipanggil Dalem Sawidak, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1674-1723).
  4. Raden Subamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha IV dipanggil Dalem Pamijahan, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1723-1745).
  5. Raden Secapati, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha V dipanggil Dalem Srilangka, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1745-1747).
  6. Raden Jaya Anggadireja, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VI dipanggil Dalem Siwarak, (1747-1765), berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja.
  7. Raden Djayamanggala II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VII dipanggil Dalem Pasirtando, (1765-1807), berkedudukan di Empang, Sukaraja.
  8. Raden Anggadipa II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII dipanggil Dalem Sepuh, (1807-1837), berkedudukan di Manonjaya.
  9. Raden Tumenggung Danudiningrat, (1837-1844), berkedudukan di Manonjaya.
  10. Raden Tumenggung Wiratanubaya, dipanggil Dalem Sumeren, (1844-1855), berkedudukan di Manonjaya.
  11. Raden Tumenggung Wiraadegdana, dipanggil Dalem Bogor, (1855-1875), berkedudukan di Manonjaya.
  12. Raden Tumenggung Wirahadiningrat, dipanggil Dalem Bintang, (1875-1901), berkedudukan di Manonjaya.
  13. Raden Tumenggung Prawirahadingrat, (1901-1908), berkedudukan di Tasikmalaya.
  14. Raden Tumenggung Wiratanuningrat, (1908-1937), berkedudukan di Tasikmalaya, di masa pemerintahan ini tepatnya 1 Januari 1913 Kabupaten Sukapura diganti nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya.

Riwayat

Para Bupati Sukapura (Tasikmalaya), Gelar Bangsawan, Gelar Bupati, Panggilan Masyarakat, Pusat Pemerintahan dan Tahun Pemerintahan.
Pangeran Kusuma Diningrat merupakan leluhur Sukapura yang berasal dari kerajaan Pajang. Beliau merupakan salah satu pewaris tahta kerajaan pada waktu itu. Oleh karena itu sewaktu terjadi perang saudara antara Pajang dan Mataram, karena Pangeran Kusumah Diningrat belum dewasa, beliau di titipkan pada Sultan Demak. Sambil menunggu peperangan selesai, Pangeran Kusumah Diningrat mengembara mencari ilmu, dan sampailah di tanah Sunda.Tepatnya di Kampung Padarek, Kecamatan Cigalontang. Beliau mendapat julukan 'Pangeran Dago Jawa'.
Nasab pangeran kusumah diningrat secara lengkap adalah Pangeran Kusumah Diningrat bin Sayyid Abdul Halim / Pangeran Benawa / Sayyid Abdurrahman / Jaka Tingkir bin Sayyid Shihabudin / Ki Ageng Pengging bin Sayyid Muhammad Kebungsuan / Handayaningrat (Kesultanan Kelantan) Bin Sayyidina Jamaludin Khusen Bin Sayyidina Ahmad Syah Jalal Bin Abdulloh Khon Bin Sayyidina Abdul Malik Azmatkhan. Adanya garis silsilah ini merupakan suatu bukti bahwa Keluarga Sukapura merupakan Ahlul Bait Rosululloh dengan Fam Azmatkhan, karena berasal dari keturunan ABdul Malik Azmatkhan
Pangeran Kusumah Diningrat menikah dengan Rd. Ayu Sudarsah. Putera Pangeran Rangga Gempol (Cucu Pangeran Geusan Ulun dari Sumedang). Beliau menurunkan putera 5 orang antara lain : 1. Seureupeun Manangel 2. Seureupeun Cibeuli 3. Seureupeun Cihaurbeuti 4. Seureupeun Dawagung 5. Seureupeun Cibuniagung (yang menurunkan Sukapura). Seureupeun Cibuniagung berputera : 1. Rd. Wirahadiningrat (Entol Wiraha) 2. Nyi Ageng Rd. Wirahadiningrat menikah dengan putera dalem Sukakerta, bernama Brajayuda, Keturunan dari Srigading Anteg (terah galunggung). Beliau mempunyai putera lima orang, antara lain: Rd. Wirawangsa, dari beliau lah dimulai masa pemerintahan bupati sukapura.

Prabu Siliwangi

 
Menulusuri hilir padjadjaran terutama saat mencapai kejayaan di bawah pimpinan Sri Maharaja Prabu Siliwangi, perlu megetahui aliran dari hulunya. Dengan demikian kita yang dihilir, bisa menerima aliran air kehidupan dari hulu dengan dada penuh kebanggaan. Sikap yang akan menumbuhkan semangat untuk tetap membangkitkan etos pada zaman kekinian. Aliran raja-raja ini sudah saya rangkum dari berbagai sumber.
  1. Maharaja Tarusbawa (670-723 M)
  2. Raja sajaya (723-732 M)
  3. Rakeyan Panaraban (732-739 M)
  4. Rakeyan Banga (739-766 M)
  5. Rakeyan medang Prabu Hulukujang ( 766-783 M)
  6. Prabu Gilingwesi (783-795 M)
  7. Pucukbumi Dameswara (795-819 M) Menantu No.6
  8. Prabu Gajah Kulon Rakeyan wuwus (819-891 M)
  9. Prabu Darmaraksa
  10. Windusakti Prabu Dewageng (895-913 M)
  11. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi (913-916 M)
  12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa (916-942 M)
  13. Prabu resi Atmayadarma Hariwangsa (942-954 M)
  14. Limbur Kencana ( 954-964 M)
  15. Prabu munding ganawirya (964-973 M)
  16. Prabu jayagiri rakeyan wulung gadung (973-989 M)
  17. Prabu brajawisesa (989-1012 M)
  18. Prabu Dewa Sanghyang (1012-1019 M)
  19. Prabu sang hyang ageng (1019-1030 M) berkedudukan di galuh
  20. Prabu Detya maharaja sri jayabupati (1030-1042 M)
  21. Raja sunda ke 21 berkedudukan di galuh
  22. Raja sunda ke 22 berkedudukan di pakuan
  23. Raja sunda ke 23 berkedudukan di Pakuan
  24. Raja sunda ke 24 berkedudukan di Galuh
  25. Prabu Guru Dharmasiksa, mula-mula berkedudukan di saunggalah, kemudian pindah ke pakuan
  26. Rakeyan jayadarma
  27. Prabu ragasuci (1297-1303)
  28. Prabu citraganda (1303-1311)
  29. Prabu Lingga dewata 1311-1333 M)
  30. Prabu ajiguna wisesa (1333-1340 M)
  31. Prabu maharajalingga buana (1340-1357 M)
  32. Mangkubumi suradipati ata prabu bunisora (1357-1371 M)
  33. Prabu Raja Wastu atau Niskala Wastu kencana (1371-1475 M)
  34. Prabu Jayadewata atau sri baduga maharaja atau Prabu siliwangi (1482-1521 M)
Prabu siliwangi mula-mula memperistri Nyai Amberkasih, putri ki Gedeng Sindangkasih. Kemudian memperistri Nyai Subanglarang, putri Ki Gedeng Tapa, seorang muslim. Dari Nyai Subanglarang lahir Raden Prabu anom Walangsungsang dan Nyimas Rarasantang, prabu siliwangi kemudian memperistri Nyai kentring manik mayang sunda, putra Prabu susuktunggal. Jadilah antaara Raja sunda dan Raja galuh yang seayah ini menjadi besan. Di tahun 1482, prabu dewa niskala menyerahkan tahta kerajaan galuh kepada prabu siliwangi, demikian pula dengan prabu susuktunggal yang menyerahkan tahta kerajaan sunda kepada menantunya ini. Dengan peristiwa yang terjadi tahun 1482 itu, kerajaan warisan wastu kencana berada kembali dalam satu tangan.
Jaya dewata memutuskan untuk berkedudukan di pakuan sebagai susuhunan karena ia telah lama tinggal disini menjalankan pemerintahan sehari-hari mewakili mertuanya. Sekali lagi pakuan menjadi pusat pemerintahan. Zaman Padjadjaran diawali oleh pemerintahan Ratu Jayadewata yang bergelar Sri Baduga maharaja yang memerintah selama 39 tahun 91482-1521) dan mencapai puncak perkembangannnya. Pada rentang masa inilah kisah ini terjadi.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/1975771-prabu-siliwangi/#ixzz1fJFhM2bu

Senin, 28 November 2011

Raja-raja Yang Pernah Berkuasa Di Kerajaan Sunda-Galuh

Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
  1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
  2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
  3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
  4. Rakeyan Banga (739 - 766)
  5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
  6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
  7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
  8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
  9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
  10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
  11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
  12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
  13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
  14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
  15. Munding Ganawirya (964 - 973)
  16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
  17. Brajawisésa (989 - 1012)
  18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
  19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
  20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
  21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
  22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
  23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
  24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
  25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
  26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
  27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
  28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
  29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
  30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
  31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
  32. Prabu Bunisora (1357-1371)
  33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
  34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
  35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
  36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
  37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
  38. Prabu Sakti (1543-1551)
  39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
  40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)

Sumber:id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_sunda

Minggu, 27 November 2011

Kerajaan Galuh

Sejarah Kerajaan Galuh (Ciamis)

Oleh A. Sobana Hardjasaputra
(Putera Galuh, sejarawan dan pustakawan pada Fakultas Sastra Unpad)

Pengantar

Daerah Galuh yang sekarang bernama Ciamis memiliki perjalanan sejarah sangat panjang. Hal itu terbukti dari periodisasi yang dilewatinya, yaitu masa pra-sejarah, masa kerajaan (abad ke-8 – abad ke-16), masa kekuasaan Mataram, kekuasaan Kompeni, dan Belanda/Hindia Belanda (akhir abad ke-16 – awal tahun 1942), masa pendudukan Jepang (awal tahun 1942 – 15 Agustus 1945), dan masa kemerdekaan (17 Agustus 1945 – sekarang). Perjalanan sejarah Galuh yang panjang itu sampai sekarang masih belum terungkap secara komprehensip, bahkan beberapa bagian/episode sejarah Galuh masih “gelap”. Selain itu, sejarah Galuh masa kerajaan masih banyak bercampur dengan mitos atau legenda, sehingga ceritera tentang Galuh masa kerajaan pun terdapat beberapa versi.



Belum adanya penulisan sejarah Galuh yang komprehensip kiranya disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, Pemda Kabupaten Ciamis terkesan kurang menaruh perhatian terhadap sejarah daerahnya sendiri. Kedua, kurangnya sejarawan yang berminat untuk mengungkap sejarah Galuh, antara lain karena kegiatan itu memerlukan biaya cukup besar untuk mencari dan meneliti sumbernya. Sekalipun sudah ada hasil penelitian sejarah Galuh, tetapi uraiannya hanya berupa garis besar mengenai aspek atau kurun waktu tertentu.

Sejarah bukan hanya memiliki fungsi informatif, tetapi juga fungsi edukatif, bahkan sesungguhnya memiliki fungsi pragmatik, khususnya bagi pemda daerah setempat. Hal itu disebabkan sejarah adalah suatu proses kausalitas yang ber-kesinambungan. Kehidupan masa kini adalah hasil kehidupan masa lampau, dan kehidupan masa mendatang akan tergantung dari sikap kita dalam mengisi kehidupan masa sekarang. Oleh sebab itu kita harus pandai belajar dari sejarah, karena sejarah adalah “obor kebenaran” dan “obor” agar kita tidak “pareumeun obor”.





Atas dasar hal tersebut, seyogyanya bila Pemda Kabupaten Ciamis dan “Wargi Galuh” menaruh perhatian terhadap sejarah Galuh, antara lain agar kita benar-benar memahami bagaimana jati diri putera Galuh.

TUKAR LINK

Tukar Link Anda Gan Dengan Copy/paste Link di bawah ini:

<a href="http://eastpreanger.blogspot.com/"><img src="http://images.cooltext.com/2359991.gif" width="338" height="45" alt="eastpreanger.blogspot.com" /></a>

Sejarah Kerajaan Sunda

UNTUK INFO TENTANG SUNDA DAN SEJARAH KERAJAAN SUNDA SILAKAN KLIK LINK DI BAWAH INI:
www.kalangsunda.net
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda_Galuh